Bahaya politik santun
Oleh Esra kalle. SE
Belakangan, perkelahian politik dirasakan sudah berlebihan, SBY kembali
mengingatkan kadernya unutk berpolitik secara santun, bagi SBY, adalah kode
baru interaksi politik guna membuanya lebih beradap.
Politik pun di
reduksi menjadi tata krama seperti kita saat duduk bareng di meja makan.
Persoalanya, kesantunan sering dipakai untuk menyimpan kebohongan. Kesantunan
adalah halaman depan yang membuat rusaknya rumah moral menjadi tak kentara,
politik santun sejatinya adalah modus operandi yang berbahaya. Puluhan tahun
kita sudah disandera oleh kesantunan para politi orde baru. Sejarah tidak boleh
terulang.
Otoritarianisme
Kita sering
menangap otoritarianisme sebagai sesuatu yang bengis dan trengginas. Filsuf
Machiavelli berbicarasoaal firtu sebagai karekter yang wajib di miliki pemimpin
otoriter. Virtu adalah sederat karakter pribadi yang di perlukan pemimpin
untuk mempertahankan kekuasaan
Demi kekuasaan,
pemimpin harus mampu bertindak sesuai situasi bahaya . pemimpin harus bertindak
trengginas. Ketika situasi teratasi, pemimpin kembali bersikap etis, mengambil
hati rakyak yang tercederai.
Bertolak dari
Marchiavelli, kesantunan dapat dibaca sebagai indikasi dosa-dosa politik,
semakin santun seorang pemimipin semakin banyak dosa politik yang ingin di
sembunyikan, kesantunan ibarat topeng moral yang menjeembunyikan anti moral.
Semakin tebal topeng kesantunan semakin tinggi kecurigaan kita (CONTOHNYA anas
urbaninggrum gaya yang kalam dan santun terjata raja korupsi) kesantuna
ibarat purgatori yang di niatkan untuk
membasuh dosa dosa politik. Kesantunan tidak membersikan masa lalu, tetapi
sekaligus megamankan masa depan. Ketika dosa politik dilakukan, maka itu segera
dinetralkan oleh ingatan kolektif tentang kesantunan san pendosa. Ini mengapa
kita sering mendengar orang berkata, “Dia orang bersalah tapi orangnya santun”.
Kesan tuna adalah
ukuran politik yang berbahaya. Kesantunan dapat menjembunyikan semacam
otoritarianisme baru yang halus dan hegemonik. Pemimpin otoriter dapat
menguburkan oteritarianismenya dengan kesantunan sehingga rakyat pun menjadi
bimbang untuk segera memberika penilaian. Kleas menengah yang tercerahkan
mungkin tetap kritis, mamun, sebagian besar rakyat kita mudah sekali tersihir
oleh politik santun yang menina bobokan. Politik santun ibarat opium sehingga
rakyak tidak melihat relitas.
Sejujurnya
relitas poitik ini sangat muram, sederet dosa politik rentang sejak naiknya
resim SBY, pertama dosa politik membiarkan dana APBN di gelontorkan menalangi
kerugian akibat lapindo. Kedua, dosa politik tidak melaksanakan amanat UU SJSN
(Sistim Jaminan Sosial Nasional) ketiga, dosa politik ketika mambiakan danan
talangan kepada bank senturi, ke empat dosa politik memberika grasi ke[da rati
extasi sipllel corby. Semua itu adalah realitas politik yang di tutup-tutupi
dengan politik kesantunan, kesantuna terus menerus dipompa keruan publik,
sementara hak-hak demokrasi rakyak secara konsisten dicederai.
VIRUS
Politik santun dipelopori SBY mengjebar virus ke hampi semua pemimpin
public. Semua sibuk mematut diri di depan cermin guna menyedot dukungan public,
kebijakan pun kehingan subtansi. Pengambil kebijakan terus memoles diri
sehingga kebijakan keliru tidak teraba oleh rakyak. Semua berlomba menjadi satu
napas dengan rakyak, ada wali kota yang naik motor ke kantor, ada menteri yang berprofesi sebagai panjaga tol. Ruang publik pun
berubah menjadi galeri kesantunan.
Akibatnya,
demokrasi pun di reduksi menjadi tontonan kepribadian, konsultan politik
menjadi insininyur2 kepribadian yang militan, kebijakan memang menkadi tolak
ukur. Namun, rakyak lebih ingat kesantunan ketimbang kebijakan. Ini menjadi
peluang bisnis bagi lembaga survei. Modusnya sederhana. Pertama survei opjetif
unutk mendapat data akurat tentang popularitas dan elektabilitas. Data tersebut
biasanya rendah, kemudian lembaga menawarkan rekayasa total unutk menaikan
popularitas dan elektabilianya. Dia adalah funsi dari rekayasa kepribadian.
Pemimpin dan
kebijakannya ibarat tanah liat yang bisa dibentuk dengan sekehendak hati.
Subtansi kelihangan makna dalam atmofer politik sedemikian. Kita tidak lagi
mempersoalkan apakah sebuah kebijakan bertentangan dengan konstitusi atau
tidak. Kita mempersoalkan gaya berpakian rambut dan tata krama para politisi.
Akibatnya, seorang pemimpin bisa saja menyelengarakan republik secara
inskonstisional, tepi mendapat tempat di hati rakyat.
SAMA WAJAH’
Kesantunan
meratakan demarkasi ide ologis antara pemimpin republik. Semua penampilan sama
sebagai yang etis, ideal, dan berintergrasi kita gagal mana pemimpin yang
menyelengarakan republik berdasarkan konstitusi dan nama yang bersasarkan
ideologi lain. Pemimpin yang ijin penderian mal satu wajah dengan dia yang
melindungi pasar tradisional. Pemimpin yang
menyubsidi bangkir jahat sama dengan dia yang menaikan subsidi
pertanian.
Kondisi diatas
membuat demokrasi ibarat etalase politik yang membuat pilihan menjadi tidak
bermakna. Ini persis ketika kita berbelanja di supermarket dan memilih barang.
Kita dipaksa membelih tampilan bukan subtansi, kerja politikdan rekam jejak ter
abaikan. Kita kembali terjebak kejahatan lama. Memilih orang seperti membeli
barang , memilih atribut ketimbang basis ideologi dan kerja politik.
Saatnya politik
kesantunan dibuang jauh-jauhdari indikator pemimpin republik. Kita tidak
memerlukan politik santun. Tetapi dia yang berani menjalankan konstitusi secara
murni da konsisten, berani menjalankan konstitusi dengan kontak karya dengan
perusahaan multi nasional merugikan republik. Kesantunan justru membuat kita
menjadi apa yang dikatakan Nietzsche, budak yang memuliaan kesengsaraan.
Indikator politik
bagi saya adalah keberanian konstitional. Berani merenegosiasi kontak
karya.berani menyeret pelanggaran HAM \. Berani menjalankan SJSN. Berani
menyeleisaikan persoalan perbatasan dengan negara tetangga dengan demikian
semoga kita mendapat pemimpin yang tidak SANTUN ???????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar