Minggu, 12 Agustus 2012

Bahaya poltik santun

Bahaya politik santun
Oleh Esra kalle. SE
               

Belakangan, perkelahian politik dirasakan sudah berlebihan, SBY kembali mengingatkan kadernya unutk berpolitik secara santun, bagi SBY, adalah kode baru interaksi politik guna membuanya lebih beradap.


Politik pun di reduksi menjadi tata krama seperti kita saat duduk bareng di meja makan. Persoalanya, kesantunan sering dipakai untuk menyimpan kebohongan. Kesantunan adalah halaman depan yang membuat rusaknya rumah moral menjadi tak kentara, politik santun sejatinya adalah modus operandi yang berbahaya. Puluhan tahun kita sudah disandera oleh kesantunan para politi orde baru. Sejarah tidak boleh terulang.
Otoritarianisme
Kita sering menangap otoritarianisme sebagai sesuatu yang bengis dan trengginas. Filsuf Machiavelli berbicarasoaal firtu sebagai karekter yang wajib di miliki pemimpin otoriter. Virtu adalah sederat karakter pribadi yang di perlukan pemimpin untuk  mempertahankan kekuasaan
Demi kekuasaan, pemimpin harus mampu bertindak sesuai situasi bahaya . pemimpin harus bertindak trengginas. Ketika situasi teratasi, pemimpin kembali bersikap etis, mengambil hati rakyak yang tercederai.
Bertolak dari Marchiavelli, kesantunan dapat dibaca sebagai indikasi dosa-dosa politik, semakin santun seorang pemimipin semakin banyak dosa politik yang ingin di sembunyikan, kesantunan ibarat topeng moral yang menjeembunyikan anti moral. Semakin tebal topeng kesantunan semakin tinggi kecurigaan kita (CONTOHNYA anas urbaninggrum gaya yang kalam dan santun terjata raja korupsi) kesantuna ibarat  purgatori yang di niatkan untuk membasuh dosa dosa politik. Kesantunan tidak membersikan masa lalu, tetapi sekaligus megamankan masa depan. Ketika dosa politik dilakukan, maka itu segera dinetralkan oleh ingatan kolektif tentang kesantunan san pendosa. Ini mengapa kita sering mendengar orang berkata, “Dia orang bersalah tapi orangnya santun”.
Kesan tuna adalah ukuran politik yang berbahaya. Kesantunan dapat menjembunyikan semacam otoritarianisme baru yang halus dan hegemonik. Pemimpin otoriter dapat menguburkan oteritarianismenya dengan kesantunan sehingga rakyat pun menjadi bimbang untuk segera memberika penilaian. Kleas menengah yang tercerahkan mungkin tetap kritis, mamun, sebagian besar rakyat kita mudah sekali tersihir oleh politik santun yang menina bobokan. Politik santun ibarat opium sehingga rakyak tidak melihat relitas.
Sejujurnya relitas poitik ini sangat muram, sederet dosa politik rentang sejak naiknya resim SBY, pertama dosa politik membiarkan dana APBN di gelontorkan menalangi kerugian akibat lapindo. Kedua, dosa politik tidak melaksanakan amanat UU SJSN (Sistim Jaminan Sosial Nasional) ketiga, dosa politik ketika mambiakan danan talangan kepada bank senturi, ke empat dosa politik memberika grasi ke[da rati extasi sipllel corby. Semua itu adalah realitas politik yang di tutup-tutupi dengan politik kesantunan, kesantuna terus menerus dipompa keruan publik, sementara hak-hak demokrasi rakyak secara konsisten dicederai.
VIRUS
Politik santun dipelopori SBY mengjebar virus ke hampi semua pemimpin public. Semua sibuk mematut diri di depan cermin guna menyedot dukungan public, kebijakan pun kehingan subtansi. Pengambil kebijakan terus memoles diri sehingga kebijakan keliru tidak teraba oleh rakyak. Semua berlomba menjadi satu napas dengan rakyak, ada wali kota yang naik motor ke kantor, ada menteri yang berprofesi sebagai panjaga tol. Ruang publik pun berubah menjadi galeri kesantunan.
Akibatnya, demokrasi pun di reduksi menjadi tontonan kepribadian, konsultan politik menjadi insininyur2 kepribadian yang militan, kebijakan memang menkadi tolak ukur. Namun, rakyak lebih ingat kesantunan ketimbang kebijakan. Ini menjadi peluang bisnis bagi lembaga survei. Modusnya sederhana. Pertama survei opjetif unutk mendapat data akurat tentang popularitas dan elektabilitas. Data tersebut biasanya rendah, kemudian lembaga menawarkan rekayasa total unutk menaikan popularitas dan elektabilianya. Dia adalah funsi dari rekayasa kepribadian.
Pemimpin dan kebijakannya ibarat tanah liat yang bisa dibentuk dengan sekehendak hati. Subtansi kelihangan makna dalam atmofer politik sedemikian. Kita tidak lagi mempersoalkan apakah sebuah kebijakan bertentangan dengan konstitusi atau tidak. Kita mempersoalkan gaya berpakian rambut dan tata krama para politisi. Akibatnya, seorang pemimpin bisa saja menyelengarakan republik secara inskonstisional, tepi mendapat tempat di hati rakyat.
SAMA WAJAH’
Kesantunan meratakan demarkasi ide ologis antara pemimpin republik. Semua penampilan sama sebagai yang etis, ideal, dan berintergrasi kita gagal mana pemimpin yang menyelengarakan republik berdasarkan konstitusi dan nama yang bersasarkan ideologi lain. Pemimpin yang ijin penderian mal satu wajah dengan dia yang melindungi pasar tradisional. Pemimpin yang  menyubsidi bangkir jahat sama dengan dia yang menaikan subsidi pertanian.
Kondisi diatas membuat demokrasi ibarat etalase politik yang membuat pilihan menjadi tidak bermakna. Ini persis ketika kita berbelanja di supermarket dan memilih barang. Kita dipaksa membelih tampilan bukan subtansi, kerja politikdan rekam jejak ter abaikan. Kita kembali terjebak kejahatan lama. Memilih orang seperti membeli barang , memilih atribut ketimbang basis ideologi dan kerja politik.
Saatnya politik kesantunan dibuang jauh-jauhdari indikator pemimpin republik. Kita tidak memerlukan politik santun. Tetapi dia yang berani menjalankan konstitusi secara murni da konsisten, berani menjalankan konstitusi dengan kontak karya dengan perusahaan multi nasional merugikan republik. Kesantunan justru membuat kita menjadi apa yang dikatakan Nietzsche, budak yang memuliaan kesengsaraan.
Indikator politik bagi saya adalah keberanian konstitional. Berani merenegosiasi kontak karya.berani menyeret pelanggaran HAM \. Berani menjalankan SJSN. Berani menyeleisaikan persoalan perbatasan dengan negara tetangga dengan demikian semoga kita mendapat pemimpin yang tidak SANTUN ???????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar